Semangat Juang Seorang Mu’allimah* - SAHATAonline
Headlines News :
Home » , » Semangat Juang Seorang Mu’allimah*

Semangat Juang Seorang Mu’allimah*


Oleh: Yusri Halimah Rangkuti, Lc

Empat tahun yang silam berakhirlah masa-masa kebersamaanku dengan seorang wanita yang telah berumur disebabkan dia harus menghadap keharibaan Ilahi Robbi. Dialah sosok wanita idamanku, sosok yang selalu melekat di sanubariku. Walau ku tahu dia telah pergi meninggalkaku, tapi entah mengapa hati ini susah untuk melupakannya. Sosok tauladan bagiku yang harus kuikuti jejak langkahnya.

Beliau adalah salah satu alumni dari suatu pondok ternama di daerahku, semangat belajarnya yang tinggi dan kehausannya dalam menuntut ilmu tidak cukup baginya hanya mondok tujuh tahun, tapi dia menggenapkan studynya selama delapan tahun yaitu dua tahun di kelas tujuh sekaligus mengabdi di pondoknya mengajarkan ilmu yang diperoleh, disitulah beliau memulai statusnya sebagai seorang Mu’allimah.

Setelah menyelesaikan stuudynya beliau diutus ke suatu daerah untuk menjadi tenaga pengajar di daerah tersebut dan kemudian beliau mengakhiri masa lajangnya menikah dengan teman seangkatannya bahkan satu kelas dan dianugrahi tujuh orang anak tiga putra dan empat putri. Semangat juangnya yang begitu tinggi dalam membantu sang suami untuk menghidupi kehidupan rumah tangga dan anak-anaknya dia mencari kerja sampingan untuk tampahan dari gaji yang beliau peroleh dalam mengajar. Beliau bukan hanya Mu’allimah di madrasah atau di luar rumah tapi ia adalah mu’allimah bagi anak-anaknya. Kesabarannya yang begitu tinggi dalam mendidik anak-anaknya membuatnya tak kenal lelah, dia mengiinginkan anak-anaknya menjadi penerus agama panutan ummat. Dan untuk membantu pendidikan anak-anaknya dia menyekolahkan semuanya ke pondok-pondok pesantren dengan biaya dari kucuran keringat yang selalu yang selalu menetes, tapi itulah bukti keikhlasannya, keikhlasan seorang ibu yang mendambakan kesuksesan anak-anaknya bukan hanya kesuksesan dunia semata yang penuh dengan tipu daya. Dunia yang hanya tempat sersinggah, tapi juga kesuksesan akhirat yang kekal abadi dan berharap semoga anak-anaknya menjadi tabungan baginya menuju ke syurga.

Lagi-lagi semangat juangnya dalam berdakwah saat kehidupan lagi sulit, beliau sepakat dengan sang suami untuk transmigrasi mencari lahan kerja, Yang mana di daerah trans tersebut mayoritas penduduknya adalah non muslim. Di samping beliau membuka lahan kerja beliau tidak lupa bahwa dsitu adalah lahan dakwah juga. Dengan semangat seorang da’iyah yang tidak  kunjung usai Alhamdulillah banyak penduduk yang masuk islam di daerah tersebut, dan menetap disana selama lebih kurang delapan tahun dan kemudian kembali ke daerah asal.

Begitu banyak lahan dakwah yang beliau lalui, mulai dari madrasah, pondok pesantren dan juga kalangan masyarakat, dan ponndok pesantren terakhir adalah pindok dimana saya belajar. Selain beliau adalah ibu kandungku beliau juga termasuk ibu guru bagiku yang banyak berjasa, yang selalu dikenang oleh murid-muridnya.

Saat-saat usia terakhirnya, beliau harus berhadapan dengan penyakit yang kian lama kian bertambah, awalnya hanya sebagian anggota tubuhnya yang kaku untuk digerakkan, tapi walaupun di saat-saat seperti itu beliau masih semangat untuk mengajar, meskipun hanya setengah hari saja. Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga berganti tahun penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh dan semakin bertambah, tapi niat untuk mengajar masih tetap tinggi, beliau pernah berkata “Nanti setelah saya sembuh Insya Allah saya akan mengajar lagi”, tapi takdir ada di tangan Sang Pencipta, penyakit yang di derita semakin bertambah, beliau menyadari bahwa penyakit itu adalah Ujian dari Allah SWT. Rasulullah SAW. Pernah bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT. Apabila mencintai seorang hamba Dia akan mengujinya”, semoga beliau termasuk hamba Allah yang Dia cintai. Amin

Hingga sampailah detik-detik terakhir dalam hidupnya, yang mana saat kepergiannya aku berada di sampingnya, sebegitu lembutkah engkau menjemputnya ya Allah.. Sehingga aku melihat tidak ada aura kesakitan di dahinya, Tempatkanlah dia di SyurgaMu ya Allah! Bersama para Auliya’-auliya’Mu. Selamat jalan ibuku tercinta.. selamat jalan guruku tersayang.. selamat jalan bidadari syurga.., Semoga aku bisa mengikuti jejak langkahmu, semangat juangmu, kesabaranmu dan keikhlasanmu.
Wallahu A’lam

*Tulisan ini pernah dipublikasikan di buletin Sahata KPTS Mesir edisi III 2009
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : KPTS MESIR | Group KPTS
Copyright © 2011. SAHATAonline - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger