Oleh : Aidil susandi, Lc (MPA KPTS Mesir 2008-2009)
“Tanpa semangat keilmuan,
sebuah bangsa tidak akan pernah berhasil membentuk sebuah peradaban”
Peradaban suatu bangsa tidak datang
begitu saja seperti turunnya hujan dari langit. Namun dipersiapkan dan dirancang
melalui rekayasa budaya panjang yang memakan pikiran, tenaga, biaya berikut
tantangan. Peradaban apapun namanya mesti berproses, tidak ada yang instan
disini, kesemuanya harus melewati tahapan-tahapan dalam membangun peradabannya
masing-masing.
Unsur terpenting membangun sebuah
peradaban adalah ilmu. Ilmu merupakan asas utama setiap peradaban apapun itu.
Lihat saja peradaban mesir kuno, yunani, china, islam maupun barat, kesemuanya
berdiri diatas pondasi ilmu.Bila pengetahuan dikesampingkanmaka peradaban
sebuah bangsa tidak akan pernah ada. Mongol adalah contoh nyata sebuah bangsa
yang mengabaikan arti pentig ilmu. Kekuatan tentara mongol yang menaklukkan
banyak negeri-negeri yang merambah daratan cina, sebagian eropa hingga
runtuhnya dinasti abbasiyah, tidak serta merta mengubah bangsa tersebut menjadi
bangsa yang ma ju dan berperadaban. Kekuatannya hanya tangan dan besi. Kekuatan
seperti ini tidak akan bertahan lama, hingga kita bias saksikan sekarang mongol
hanyalah sebuah Negara kecil yang tidak diperhitungkan sama sekali. Ia muncul
hanya sebagai icon barbarism sebuah bangsa. Sejarahnya tidak lebih dari
penaklukan dan penghancura.
Empat belas abad yang lalu,
elemen peradaban tersebut diberikan langsung kepada seorang putera arab yang
sekaligus pertanda kenabian dirinya. Iqra’ itulah elemen tersebut. Hanya
dalam satu abad, kekuasaan islam merambah sepertiga daratan bumi. Dan penaklukan
yang terjadi kerap dibarengi dengan penyebaran ilmu itu sendiri. Umar bin
Khattab, setelah menakluikkan Qodisiya (Irak), beliaupun mengirim sepuluh orang
delegasi untuk mengajari pnduduk Basrah. Pada gilirannya, kota maghdad menjelma
menjadi Rahim subur yang para ulama besar, pemikir, sastrawan serta para
sainstis. Begitu pula yang terjadi dengan peradaban islam di barat (cordova)yang
mengundang minat orang luar (barat) untuk menimba ilmu, sekaligus menjadi pintu
gerbang lahirnya renaissance di eropa. Kota-kota besar islam menjadi
pusat kegiatan keilmuan dengan masyarakat ilmu (knowledge society) dan budaya
ilmu (knowledge culture) yang berkembang.
Karena kecintaan terhadap ilmu,
sejarah menyaksikan berdirinya Bait Al-hikmah, sebuah akademi yang
didirikan oleh khalifah Al-Ma’mun (Wafat tahun 883). Akademi ini bukan saja
berfungsi sebagai lembaga terjemah, melainkan juga tempat pengembangan sains
dan filsafat. Menjelang akhir abad ke-9 masehi, hamper seluruh korpus saintifik
yunani berhasil diterjemahkan meliputi berbagai disiplin ilmu dibidang
kedokteran, matematika, astronomi, fisika, filsafat, astrology dan alchemy (kimia).
Di zaman modern, jepang termasuk
dalam deretan Negara maju, sebuah Negara industry bagian dari G-7 dengan
pendapatan penduduk diatas rata-rata. Kemajuan ini merupakan buah perhatian
masyarakat dan pemerintah jepang terhadap ilmu. Da sebuuah puisi yang menjadi
inspirasi masyarakat jepang memburu ilmu:
“daripada jerami padi
Sambil berjalan
Ia tidak pernah berhenti
membaca”
Puisi diatas mengisahkan
kegigihan seorang pemuda jepang bersama Kinjiiro Ninomiya yang hidup pada awal
ke-20 dalam menuntut ilmu. Kemudian semangat ini disebarluaskan oleh pemerintah
jepang dalam bentuk buku, tugu dan nyanyian. Penduduk jepang terkenal gigih
akan ilmu, pantas mereka tampil menjadi Negara terdepan. Padahal, bagaimana bias
Negara yang luluh lantak pada Perangdunia II dapat membangun kembali kejayaan
mereka yang porak poranda? Jawabnnya adalah ilmu. Perlu juga diperhatikan,
tahun kekalahan jepang peris pada tahun kemerdekaan Indonesia.
Sebenarnya titik balik reformasi
pendidikan jepang dapat dilihat sejak 140 tahun lalu, dikenal dengan Restorasi
Meiji (1868-1912). Modernisasi ini diawali dengan membentuk misi khusus yang
dikirim ke Eropa, Amerika serikat dan juga Asia. Para pemimpin jepang
mempelajari peradaban Barat dan system pendidikannya. Lalu dikirimlah
pelajar-pelajar mereka ke Baratdengan biaya pemerintah. Hasilnya, reformasi ini
menghantarkan jepang menjadi Negara terkuat didunia.
Kisah perjalanan bangsa-bangsa
mengisyaratkan sebuah konklusi bagi kita, bahwa ilmu adalah inti dari
peradaban. Jangan pernah berteriak untuk maju, makmur, terdepan dan
diperhitungkan bila pengetahuan dan pendidikan belum menjadi agenda utama.
Jangan pernah kita menjadi penonton apalagi kuli di negeri sendiri! Wallahu
A’lam Bisshawab.
Sumber: Buletin Sahata KPTS Mesir edisi III 2009-2010
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !