Bismillahirrahmanirrahim
Lahirnya nabi Muhammad SAW ke dunia ini adalah bukti cinta dan
kasih sayang Allah SWT yang begitu besar terhadap hambaNya, Al-quran
menjelaskan bahwa posisi nabi Muhammad SAW adalah sebagai “Rahmatan
Lilalamin” rahmat untuk seluruh
alam. Sebuah rahmat Allah yang bukan semata kasih sayang akan tetapi mencakup
petunjuk bagaimana menjalani kehidupan yang diridhai Allah, petunjuk mengenal
hak-hak Allah atas hambaNya, juga petunjuk bagaimana menjalani kehidupan dunia
yang penuh godaan dan rintangan serta berbagai macam kesulitan. Nabi Muhammad
diutus sebagai Rahmat untuk seluruh alam, tidak terbatas hanya pada satu zaman
saja, akan tetapi hingga nanti akhir zaman tiba. Diutusnya nabi Muhammad SAW ke
dunia ni adalah sebab sejahteranya dunia dan sebab kebahagian bagi para ummatnya,
karena beliau tidak hanya menjadi petunjuk bagaimana menjalani hidup untuk
kebahagian akhirat, akan tetapi juga menjadi petunjuk bagaimana memperoleh
kebahagian di dunia serta di akhirat.
Nabi Muhammad SAW laksana mataharinya dunia yang menerangi
kehidupan manusia menuju kebahagiaan yang abadi, dan beliau adalah laksana Nur
yang menuntun manusia berjalan melewati berbagai macam kegelapan yang mencekam.
Beliaulah sosok Rahmat itu, sosok yang paling berhak mendapatkan
kecintaan yang besar dari para ummatnya.
Oleh karenanya, memperingati kelahiran rasulullah SAW bukanlah hal
yang tercela, bahkan itu adalah hal yang sangat terpuji juga merupakan
sebaik-baik perbuatan dan sebesar-besar Qurabat, karena dengan
memperingati kelahiran beliau menunjukkan rasa cinta kita yang besar kepadanya
serta menunjukakan kegembiraan kita dan rasa syukur kita yang besar kepada
Allah atas diutusnya beliau. Dan kita tahu bahwa mencintai Rasulullah SAW
adalah Aslun min usulil iman (salah satu pondasi iman), Di salah satu
riwayat yang sahih beliau pernah bersabda, sebagaimana diriwayat imam
Al-bukhari dalam kitabnya, Rasulullah SAW berkata:
والذي نفسي بيده لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب
اليه من والده وولده. رواه البخاري
“Demi Allah yang diriku berada di KuasaNya,
tidaklah beriman salah seorang kalian sehingga aku lebih dicintainya ketimbang
orang tuanya atau anak-anaknya”
Di hadits yang lain beliau juga pernah
bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : لا يؤمن
أحدكم حتي أكون أحب اليه من ولده و والده والناس أجمعين. أخرجه البخاري في صحيحه
ج1 ص 14
“Tidaklah beriman salah
seorang kalian sebelum akau lebih dicintainya dari pada anaknya, dan orang
tuanya, dan juga seluruh manusia”
Imam Ibnu Rajab berkata: Mencintai
Rasulullah Muhammad SAW adalah salah satu dari dasar iman, dan beriringan
dengan cinta terhadap Allah SWT. Allah SWT didalam al-qur’an telah telah
meletakkan derajat cinta terhadap Nabi Muhammad SAW langsung setelah cinta
terhadap Allah SWT. Sebagaimana bisa kitabaca dalam Al-quran surah At-taubah
ayat 24:
قُلْ إِنْ كَانَ
آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي
سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي
الْقَوْمَ
"Katakanlah
(wahai Muhammad): "Jika bapa-bapa kamu, dan anak-anak kamu, dan
saudara-saudara kamu, dan isteri- isteri (atau suami-suami) kamu, dan kaum
keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu
bimbang akan merosot, dan rumah- rumah tempat tinggal yang kamu sukai, - (jika
semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan
RasulNya dan (daripada) berjihad untuk ugamaNya, maka tunggulah sehinggga Allah
mendatangkan keputusanNya (azab seksaNya) kerana Allah tidak akan memberi
pertunjuk kepada orang-orang yang fasik (derhaka).”
Merayakan
maulid nabi Shallallahu alaihi wasalallam adalah sebagai bukti penghormatan
yang besar terhadap jasa beliau, dan penghormatan terhadap Rasulullah adalah
wajib hukumnya. Karena mencintai beliau dan menghormatinya adalah Aslul usul
(Dasar pondasi Iman). Alllah SWT telah menerangkan banyak sekali tentang
kemulian Rasulullah di dalam al-quran, derajatnya, posisinya serta keutamannya
terhadap seluruh ummat manusia, dan bahwa beliaulah asyraful khalqi (Makhluq yang paling mulia).
Para ulama-ulama kita terdahulu telah melaksanakan Maulid
nabi Muahammad SAW jauh semenjak abad keempat dan kelima hijriyah, perayaan
maulid bukanlah baru muncul belakangan ini sebagaimana yang disangkakan
sebagian orang, akan tetapi telah ma’ruf semenjak salafunasshalih
terdahulu. Para ulama kita terdahulu merayakan dan menghidupkan malam kelahiran
Rasulullah SAW dengan memperbanyak amalan-amalan kebaikan, memperbanyak dzikir,
memperbanyak syukur atas nikmat besar diutusnya nabi Muahammad, juga dengan
membagi-bagikan makanan, memperbanyak membaca al-qur’an, juga dengan
melantunkan sya’ir-sya;ir pujian kepada nabi Muhammad SAW serta tausyiah dan
nasehat kebaikan. Dan hal ini sejarahnya telah banyak ditulis oleh Muarrikh-muarrikh
Islam diantaranya; Ibnu Al-jauzy,
Ibnu Katsir, Al-hafidz Ibnu Dihyah Al-andalusy, Hafidz Ibnu Hajar, dan juga
Imam Hafidz Jalaluddin Ass-suyuthy.
Banyak para ulama yang telah menyusun kitab tentang dianjurkannya
melaksanakan peringatan maulid nabi Muhammad SAW. Dalam kitab mereka tersebut
disertakan banyak dalil-dalil yang berkaitan dengan pentingnya melaksanakan peringatan
maulid nabi Muhammad SAW. Dan dalil-dalil tersebut adalah dalil-dalil yang
sahih dan kuat yang tak mungkin dapat diingkari. Imam Ibnu Al-hajj dalam
kitabnya Al-madkhal telah panjang
lebar menguraikan berbagai macam faedah-faedah serta manfaat yang berkaitan
dengan pelaksanaan peringatan maulid nabi, dan dalam kitab ini beliau juga menjelaskan
keutamaan peringatan maulid nabi yang begitu banyak. Padahal kita tahu bahwa
belia (Ibnu Al-hajj) adalah orang yang sangat membenci perbuatan bid’ah,
kalaulah memperingati mauled nabi Muhammad SAW adalah sesuatu yang bid’ah dan
sesat maka beliaulah orang yang pertama kali akan menolaknya habis-habisan.
Al-imam Al-hafidz Jalaluddin As-suyuthy dalam
kitabnya Husnul maqasid fi amalil maulid menjelaskan setelah beliau
ditanya seputar hukum melaksanakan mauld di bulan rabi’ul awwal, apakah
hukumnya secara syara’, dan apakah perbuatan tersebut terpuji atau malah tercela,
serta apakah orang-orang yang melakukannya mendapatkan pahala; beliau menjawab;
jawabanku untuk pertanyaan ini adalah bahwa asal dari perbuatan memperingati
mauled yang padanya orang-orang berkumpul untuk membacakan al-qur’an,
membacakan hadits-hadits yang berkaitan dengan kelahiran dan keutamaan
rasulullah, juga padanya orang-orang berkumpul untuk saling berbagi makanan dan
tanpa menambah hal-hal lain itu adalah Bid’ah hasanah yang sangat dianjurkan
dan diberi pahala orang-orang yang melaksanakannya, karna padanya terdapat hal
yang sangat terpuji yaitu memuliakan kebesaran dan keutamaan rasulullah dan
juga pernyataan gembira dan cinta terhadap lahirnya rasulullah SAW.
Di riwayat lain diceritakan bahwa Imam As-suyuthy menolak
pendapat orang yang mengatakan; “aku tidak pernah mengetahui bahwa
peringatan mauled nabi tidak ada dasarnya di al-quran dan sunnah” sunnah
dengan mengatakan; “Sebab ketidak tahuan terhadap sesuatu tidak menunjukkan
bahwa sesuatu itu tidak ada”. Beliau juga menjelaskan bahwa Imam Al-hafidz
Ibnu Hajar telah mengeluarkan dan menyebutkan asal kesunnahan dan dianjurkannya
melaksanakan peringatan maulid, dan beliau sendiri (yakni Imam suyuthy) juga
mengeluarkan asal dari dianjurkannya peringatan maulid nabi seraya menjelaskan
bahwa bid’ah yang tercela adalah perbuatan yang memang bertentangan dengan
al-quran dan sunnah, sedangkan peringatan maulid nabi itu tidak bertentangan
sama sekali dengan al-quran dan sunnah, karena pujian-pujian terhadap
rasulullah SAW. Juga pembacaan ayat al-quran dan hadits-hadits tentang
keutamaan rasulullah itu adalah dianjurkan oleh syari’ah.
Imam Al-bayhaqy meriwayatkan dari Imam As-syafi’i
bahwa beliau berkata; “Sesuatu hal yang baru atau bid’ah itu ada dua macam,
yang pertama adalah bid’ah yang betentanagan dengan al-quran atau sunnah atau
atsar para sahabat atau ijma’ para ulama, maka ini adalah bid’ah yang sesat
atau dhalalah, sedangkan yang kedu adalah bidah yang baik dan padanya banyak
kebaikan dan tidak ada pertentanga sama sekali terhadap alquran maupun sunnah
juga atsar maupun ijma’ ulama, maka ini adalah bid’ah hasanah yang sangat
dipuji”.
Imam As-syuti berkata; Dalam peringatan mauled
nabi SAW tidak ada satupun yang bertentangan dengan kitab maupun sunnah juga
atsar maupun ijma’, oleh karenanya bukanlah termasuk perbuatan tercela
sebagaimana dikatakan imam As-syafi’I, bahkan itu termasuk perbuatan Ihsan yang
belum muncul di masa-masa awal islam.
Berkumpulnya orang-orang dalam memperingati maulid nabi SAW
itu adalah perbuatan yang sangat disukai dan merupakan Qurbah atau pendekatan diri kepada Allah SWT. Karna
lahirnya rasulullah SAW kedunia ini adalah ni’mat yang paling besar yang Allah
berikan kepada hamba-hambanya. Karena syari’at islam menganjurkan ummatnya
untuk mensyukuri Ni’mat-ni’mat Allah SWT, maka yang paling dianjurkan untuk
disyukuri adalah nikmat Allah yang paling besar, yaitu lahirnya dan diutusnya
rasulullah SAW ke dunia ini. Pendapat inilah yang dikuatkan dan dirajihkan oleh
Imam Ibnu Al-hajj, sebagaimana ia tuliskan dalam kitabnya Al-madkhal ; Karena pada bulan inilah Allah SWT limpahkan
kepada kita ni’mat yang paling besar yaitu dengan dilahirkannya junjungan alam,
syyidul awwalin wal akhirin, maka adalah suatu kewajiban bagi kita untuk
memperbanyak ibadah di bulan ini, memperbanyak amal kebaikan juga memperbanyak
rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmatnya yang paling besar.
Salah satu sumber yang disebutkan oleh Al-hafidz Ibnu
Hajar tentang peringatan mauled nabi Muhammad SAW.adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka yaitu:
ان النبي صلى
الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشورأ فسألهم فقالو: هذا يوم
أغرق الله فيه فرعون و نجى موسى فنحن نصومه شكرا لله تعالى
“Bahwa nabi Muhammad SAW
sampai ke kota Madinah, dan beliau menyaksikan bahwa kaum Yahudi puasa di hari
Asura’, maka Nabi Muhammad bertanya kepada mereka, kenapa mereka melakukannya,
maka mereka menjawab bahwa hari itu adalah hari dimana Allah SWT.
Menenggelamkan Fir’aun, dan di hari itu pula Allah menyelamatkan Nabi Musa AS.
Maka kami puasa di hari itu sebagai rasa syukur kepada Allah SWT.”
Kemudian Imam Ibnu Hajar
menjelaskan , “dari peristiwa tersebut kita dapat ambil I’tibar dan
pemahaman bahwa Perbuatan sykur kepada Allah SWT. Itu lebih diutamakan
dilakukan dihari dimana Allah SWT memberikan Ni’mat tersebut, baik berupa
ni’mat pemberian rizqi atau ni’mat pertolongan dari hal-hal yang dibenci, dan
kemudian itu dijadikan adat dan kebiasaan setiap hari atau waktu tersebut
berulang setiap tahunnya. Dan penggambaran rasa syukur tersebut berupa
macam-macaman Ibadah seperti sujud, puasa, shadaqah, tilawah al-quran atau yang
lain.dan kita telah ma’lum dan akui bahwa tidak ada ni’mat yang paling besar
selain dihari dimana Allah SWT menjadikan Sayyidah Aminah melahirkan Makhluq
yang paling mulia di bulan Rabi’ul Awwal. Yaitu Nabi Muhammad SAW.”
Imam Al-hafidz As-suyuthi menukil
perkataan Imam Al-hafidz Syamsuddin Ibnu Al-jauzy dari kitabnya “U’rfu
At-ta’rif bi Maulidi As-syarif” beliau
berkata : “Sesungguhnya telah benar dan sahih khabar yang mengatakan bahwa
Abu Lahab diringankan azab baginya di Neraka setiap malam senin karena telah
memerdekakan hambanya ketika hambanya tersebuat memberitahunya tentang
kelahiran nabi Muhammad SAW. Maka seorang Abu Lahab yang kafir yang dicaci di
dalam Al-qur’an diringankan baginya azab di neraka karna kegembiraannya
menyambut kelahiran Rasulullah SAW. Apalagilah kita sebagai Muslim yang
bertauhid dari Ummat Muhammad SAW yang menggambarkan kegembiraan dihari
lahirnya junjungannya dan rela berkorban demi kecintaan kepadanya, apakah kita
tidak lebih berhak dari abu lahab?ketahuilah bahwa kitalah lebih berhak, dan
ketahuilah bahwa pahalanya disisi Allah SWT adalah surga berkat karuniaNya.”
Bisa juga kita berdalil tentang
dianjurkannya memperingati mauled Nabi SAW. Dengan keumuman firman Allah SWT.
Di dalam Al-quran (Q.S. Ibrahim :5):
وذكرهم بأيام
الله..
“dan beri ingatlah mereka
tentang hari-hari Allah”
Tidak diragukan bahwa hari kelahiran
nabi Muhammad SAW. Adalah termasuk hari-hari Allah, maka memperingatinya adalah
tidak lain mengamalkan ayat Allah tersebut. Dan jelaslah bahwa perbuatan
tersebut bukan Bid’ah, bahkan termasuk Sunnah hasanah meskipun belum terjadi
dimasa Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW. Adalah Idola kita,
junjungan kita, kekasih kita, kita merayakan hari kelahirannya tidak lain
adalah kecintaan kita yang besar padanya dan bukan karna hal yang lain, bahkan
bukan hanya kita ummatnya saja yang mencintainya, tapi seluruh alam tahu dan
cinta kepadanya. Alangkah naifnya orang-orang yang lebih mementingkan hari
ulang tahunnya atau hari ulang tahun teman atau bahkan kekasihnya kemudian
mengabaikan hari lahirnya seorang junjungan alam dan bahkan mengharamkannya.
Baiklah, dari uraian-uraian diatas
jelaslah kita tahu bahwa memperingati maulid adalah sesuatu yang sangat
dianjurkan dan disukai. sudah cukup teranglah penjelasan yang disampaikan oleh Kibar
Ulama diatas tadi, dan kita juga sudah tahu bahwa perinngatan maulid nabi
Muhammad SAW bukanlah hal yang baru akan tetapi telah ada semenjak zaman salafunasshalih
sekitar abad keempat dan kelima hijriah. Kita melihat bahwa memperingati mauled
nabi Muhammad SAW di masa itu sangat diterima oleh mayoritas ummat islam dan
mayoritas ulama hingga sampai berabad-abad setelahnya, dan munculnya pembid’ah-an
terhadap peringatan mauled nabi itu hanya di beberapa abad belakangan ini saja.
Sebagai kesimpulannya, peringatan
Maulid nabi Muhammad SAW bukanlah bid’ah yang tercela, akan tetapi bid’ah
hasanah yang sangat dianjurkan, apalagi dalam peringatan tersebut kita melihat
syi’ar-syiar agama Allah SWT disampaikan, pembacaan Al-qur’an, pembacaan sirah
Rasulullah, nasehat-nasehat agama, serta Shadaqah diantara sesama kaum muslimin,
dan juga saling berbagi makanan dll yang semua itu mungkin tidak kita saksikan
di momen-momen selain dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Ya, mungkin
tidak kita saksikan lagi selain di momen mauled mengingat ummat islam sekarang
sudah hampir lupa dengan syiar-syi’ar islam, lupa dengan al-quran, lupa dengan
sejarah junjungannya, dan bahkan lupa dengan kehidupannya di akhirat. Jadi,
mari kita jaga dan lestarikan budaya memperingati mauled nabi Muhammad SAW.
Jangan sampai hilang dan punah, tentu saja dengan tetap menjaganya dan
menghindarkannya dari tercampur dengan hal-hal yang tercela dan bertentangan
dengan al-qur’an dan sunnah. InsyaAllah dengan memperingati Maulid kita
termasuk orang-orang yang menegakkan dan membesarkan syi’ar-syi’ar agama Allah.
Wallahu A’am.
disarikan dari kitab Al-bayan al-qawyim Karya as-syekh Ali jum'ah
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !